Jan 28, 2009

David's Niu Year Diary

Selamat Tahun Baru
Rabu 21 Jan 09, di pesawat dari LA ke Taipei

Baru saja menyelesaikan 2 minggu yang sangat padat masa produksi di LA, sekarang aku terbang kembali ke Taipei. Yang membuat dua minggu ini lebih menantang adalah juga kepindahanku dari tempat tinggal yang sekarang di LA, jadi banyak hal pengaturan dan bongkar muat barang. Sudah beberapa tahun, sepertinya setiap aku kembali ke LA (meski cuma sebentar pun) aku selalu terjadwal ketat untuk mengerjakan hal-hal yang harus diselesaikan. Padahal aku kepengen santai dan menikmati waktuku di sana, tapi sepertinya lebih mirip balap tikus. Teknisi dan temanku, Craig, menyebutnya "memadatkan setahun" ke dalam beberapa minggu. Sangat bersemangat dan menyenangkan tapi sebenarnya bukan sesuatu yang aku rencanakan, bukan juga sesuatu yang selalu aku senangi. Sayangnya, inilah hasil dari terlalu banyak yang harus dilakukan dalam waktu yang sangat singkat. Jadi, bukan hal baru, kan ?

Karena konsep dan proses produksi album memenuhi pikiranku, secara resmi aku mulai rekam suara minggu yang lalu dengan beberapa musisi di Glenwood Studios di Burbank. Tahap awal produksi sebuah album persis seperti tahap awal mulai pacaran. Kamu tidak tahu apa bisa bertahan dengannya, juga bahkan tidak tahu apa yang kau rasakan. Ada dorongan emosi tapi di saat yang sama kamu berasa ragu-ragu dan takut salah melangkah atau kehilangan segalanya. Segala hal diperjelas sepuluh kali lipat, dibesar-besarkan, dan seringkali sangat sulit untuk tetap fokus di jalurnya. Kalau pepatah "cinta membutakan" itu benar maka dalam kasus ini proses kreatif membutakan aku selama masa produksi. Dan seperti halnya cinta, aku merasakan semua emosi yang mirip sekaligus: nafsu, takut, girang dan bingung. Mulai saat ini, istilah "tersiksa" seringkali sinonim dengan artis dan proses kreatif.

Dua hari pertama rekaman adalah dengan pemain drum bernama Shawn Pelton. Aku sudah mengagumi permainannya selama 8 tahun tapi baru sekarang ada kesempatan kerja sama dengannya. Biar aku perjelas satu hal untuk kalian yang tidak familiar dengan produksi album dan terutama bekerja dengan musisi. Menyewa musisi hebat tidak selalu menjamin keberhasilan atau apa yang kamu inginkan. Seorang musisi mungkin saja memiliki prestasi segudang dan secara teknis kemampuannya luar biasa tapi ia belum tentu cocok untuk musikmu. Beberapa musisi memainkan jenis musik tertentu dengan mudah tapi sulit di jenis musik yang lain. Beberapa tahun lalu, aku mencari seorang pemain gitar akustik untuk salah satu laguku, dan seorang teman menawarkan profesor gitar yang dikenalnya. Profesor gitar ini memiliki banyak jam terbang dan juga merupakan dosen musik di salah satu universitas musik di Amerika. Tak mungkin salah dengan profesor gitar, kan? Nyatanya, semuanya menjadi kacau karena ia tidak bisa menyesuaikan dengan penggalan lagu ataupun memainkan ide yang aku nyanyikan. Dalam pembelaannya, sikapnya sangat profesional dan ia bersedia melakukan rekaman satu demi satu supaya benar hasilnya. Tapi, tarif studio kan lebih dari seratus dolar per jam, jadi aku putuskan mengakhiri lebih awal session dengannya. Akhirnya, aku sadari aku seharusnya mengikuti naluriku dan tidak menyewanya karena dia sebenarnya profesor gitar jazz (dari awal aku sudah tahu) dan bukan pemain rock atau pop. Kamu mungkin bertanya kenapa pemain jazz tidak bisa bermain rock, pop atau klasik? Tidak ada aturan resminya tentu, tapi musisi (seperti orang lain juga) punya gayanya masing-masing, yang disukai dan tidak disukai, dan keunikan sendiri. Pemain gitar jazz mungkin punya kemampuan teknis memainkan nada-nada rock tapi mungkin ia tidak punya feeling yang tepat. Oleh karena itu, sangat penting untuk mencocokkan musisi yang tepat untuk jenis musik yang tepat dan itu adalah tugas utama dari seorang produser. Sama seperti pemilihan aktor dalam sebuah film, sutradara dan pemilih peran harus mempelajari dan memahami karakteristik seorang aktor sebelum mengetahui apakah ia orang yang tepat untuk sebuah peran.

Shawn terbang dari New York ke LA khusus untuk session ini maka aku tentu tidak ingin mengulangi apa yang terjadi dengan pemain gitar jazz beberapa tahun yang lalu. Dengan antisipasi dan harap-harap cemas, kami memulai session pagi hari jam 11, setelah aku menjemput Shawn dari hotel. Setelah satu jam memasang bunyi-bunyian (mengatur drum asli untuk rekaman melibatkan banyak penempatan mikrofon, tes ketinggian, penyesuaian drum, EQ, dll.), kami memulai lagu pertama "Just Can't Believe" (judul sementara). Sampai sini, segala kecemasanku menjadi lega karena Shawn terdengar luar biasa dan persis seperti yang aku harapkan! Feeling dan groove-nya terekam dengan sempurna dan drumnya memiliki nada yang sangat unik yang selalu aku dambakan dalam produksiku. Acungan jempol juga untuk Craig karena kuping tajamnya dan keahlian teknisinya! Aku juga sempat cemas kalau Shawn sulit diajak kerja sama terutama karena orang New York terkenal tukang gugup tapi ternyata ia begitu manis dan juga sangat metodis, aku tak mengira. Pokoknya, dua hari bersamanya di Studio A benar-benar seperti mimpi dan aku tak sabar untuk memperdengarkan hasil akhirnya pada kalian semua. Setelah satu minggu, kami sudah merekam bass, gitar, pedal, organ, piano elektrik, vibraphone dan bahkan marimba asli dengan beberapa musisi yang luar biasa juga. Ini adalah kesenangan musik yang paling aku dambakan sejak lama dan benar-benar menyenangkan dan pengalaman belajar dari kerja sama dengan semua musisi -yang kebanyakan aku baru pertama kali bekerja sama dengan mereka. Aku bisa terus cerita detil tentang session, tapi foto menggambarkan seribu kata, jadi, aku akan posting video ke beberapa website untuk kalian tonton. Yang paling menyulitkan, adalah aku berjuang dengan bongkar muat barang dan pindahan beberapa hari terakhir yang tidak saja berat untuk badanku tapi juga untuk tanganku padahal aku butuh untuk main gitar malam harinya. Akhirnya, aku harus mempersingkat dua session karena tanganku benar-benar tidak bertenaga.

Menarik memberi catatan bahwa album ini mengandung paling sedikit MIDI dan instrumen sampel dan lebih banyak permainan asli. Aku sebenarnya tidak sengaja memilih cara ini tapi seperti itulah terjadinya. Barangkali aku merasa kembali ke akarku dan bermain dalam rock band di mana aku mau semuanya live. Di kalangan musisi terus terjadi perdebatan bagaimana seharusnya atau mana yang lebih baik. Jaman komputer benar-benar sudah merubah cara membuat dan mendengarkan musik tapi tidak lantas berarti menjadi musik yang lebih bagus. Datang ke studio dan merekam drum asli, bass dan gitar (atau instrumen asli apapun) sungguh bisa mengingatkan kamu apa makna musik sebenarnya. Ketidaksempurnaan dan sentuhan pribadi dari tiap instrumen dan musisi memberi makna bagi musik dan ini sesuatu yang pendengar mungkin tidak mengerti secara teknis tapi benar-benar beda saat merasakan dan menikmatinya. Aku sering bilang bahwa rekaman asli dari sebuah piano yang tidak terlalu bagus kualitasnya pun masih lebih baik dan lebih organik daripada sampel bunyi piano olahan komputer berukuran 100GB. Sayangnya, dalam musik pop Mandarin (dan kebanyakan musik pop pada umumnya) itu adalah 90% dari yang kita dengar. Sudah sampai pada titik di mana banyak musisi dan produser muda tidak tahu bagaimana bentuk instrumen musik ini apalagi bagaimana memainkannya dan menggunakannya dalam musik. Yang tersisa pada kira sekarang adalah copy digital dan potret dari hal-hal nyata. Jika semua hal akhirnya bisa diduplikasi secara digital atau dicetak ulang, apakah berarti kita juga bisa meng-"copy-paste" makna dan emosi yang terkandung di dalamnya? Bagaimana suatu hal bisa ada tanpa yang lainnya? Ataukan keduanya, sesungguhnya, hal yang berbeda?

Kayaknya, teknologi telah mendampingi proses kreatif dan akan selalu demikian. Kuncinya adalah bagaimana memanfaatkannya dan apakah ia justru mengubah sesuatu menjadi menyerupai aslinya.

Semua lagu sudah selesai ditulis dan aku akan mengerjakan liriknya dan juga rekaman programming dan gitar dalam beberapa minggu mendatang. Ini aku sebutnya masa "memberi daging" di mana seperti aku menempelkan daging dan kulit pada tulang. Kerangka kerja sudah terpampang dan ini adalah pekerjaan yang paling mendalam yang tampil dalam albumku. Meskipun Tahun Baru Imlek sudah dekat, aku akan kerjakan terus sambil menghabiskan waktu dengan keluargaku. Entah kenapa, aku menikmati kerja selama liburan ini, sepertinya ini saat di mana aku tidak terganggu oleh telpon masuk, email dan gangguan lainnya. Ini adalah masa tenang dan hening sehingga aku bisa kabur ke dunia kecilku dari dunia besar di mana kita hidup. Kuharap kalian juga bisa mengalami perasaan tentram dan santai ini selama minggu-minggu mendatang.

Kuharap di Tahun Kerbau ini kamu kurangi "omong kosong" dan lebih banyak saat asli merasakan kegembiraan, kepedulian, kemakmuran dan cinta.

Selamat Tahun Baru Imlek

DT

posted in
davidtao.com

No comments: