Butterfly
Hari ini kepompongku baru berubah menjadi kupu-kupu, serasa indah sekali menikmati hidup ini.
Setelah hampir dua bulan berjuang, kerja dikejar-kejar deadline, di bawah tekanan.
Kenaikan gaji, bonus tahunan, rekon jurnal, laporan pajak.
Akhirnya tibalah hari ini tanggal 29 maret, semua hasil kerjaku tertuang dalam
3 lembar kuning Bukti Penerimaan Surat pelaporan pajak...
...senangnya...
Di bawah terik matahari, melapor pajak ke 3 kantor pajak,
untunglah petugasnya tidak neko-neko, semua laporanku diterima dengan baik.
Pulang ke rumah dengan berpeluh keringat, tak apa. Berat di kepala, tinggal direbahkan saja di lantai.
Istirahatkan badan, hirup secangkir teh hangat.
Tanpa TV, matikan radio, nikmati semilir angin masuk dari celah pintu yang terbuka separoh,
angin panas yang benar-benar menyejukkan hati.
Pekerjaan hanyalah pekerjaan.
Aku mencintai pekerjaanku. 2 tangan ini untuk berkarya sebaik-baiknya,
membantu selesaikan apa yang perlu diselesaikan.
Tidak hanya berpangku tangan, tahu tapi tidak mau tahu.
Bisa tapi tak membantu. Itu yang paling anti dalam hidupku!
Wahai pemimpin, kegagalan kami bukankah kegagalanmu.
Tapi keberhasilan kami, hanyalah keberhasilanmu.
Bijaksanalah, dan hargai sesama...
Kurasa prinsip hidupku sedikit banyak memang dapat masukan dari DT.
Bukan hanya musik, tapi apresiasi terhadap musiknya dan unsur-unsur di dalamnya,
membuat pemahamanku bertambah terhadap cara pandangnya atas industri musik maupun proses kreatifitas manusia dalam pekerjaan, dan entah kebetulan atau tidak, memang sejalan dengan pemikiran dan pandanganku sendiri terhadap pekerjaan.
Mudah-mudahan ke depannya nanti, aku bisa lebih ringan memandang setiap sandungan dalam pekerjaanku, se-ringan menerapkan terapi tawa yang diajarkan Micha kemarin malam...
Jakarta, 29 Maret 2008.
No comments:
Post a Comment